BERCERMIN PADA KETAATAN DAUN
(Pelajaran Aktifitas Daun menuju Kesadaran Diri)
Oleh : Dwi Wahyono, S.Pd
Maha Benar Allah yang telah menciptakan segala sesuatunya bermanfaat sesuai tataran. Tumbuhan (Plantae) sebagai salah satu makhluk hidup yang diciptakan Allah merupakan refleksi sebuah managemen kehidupan bermasyarakat yang patut kita ambil ibroh (pelajaran)nya.
Daun merupakan organ yang sangat penting dalam proses pemasakan makanan (Fotosíntesis). Pada saat tanaman masih muda, dimana daun belum dapat melakukan tugasnya, tugas memasak makanan dilakukan oleh batang. Namun ketika daun sudah tumbuh membesar atau dewasa, maka daun akan melakukan proses fotosíntesis sendiri sekaligus akan membagikan hasil proses itu ke batang, akar dan seluruh organ tanaman tak terkecuali.
Yang perlu kita ketahui daun tidak pernah memproduksi makanan melebihi kebutuhannya. Bahkan kalau terjadi kelebihan produksinya dan tidak didistribusikan secara optimal, sel-sel pada daun tersebut akan mati, ditandai dengan daun akan berubah warna menjadi kekuningan, lalu layu dan augur dari tangkainya. Sebuah prinsip kesederhanaan, tidak berlebihan dan pemerataan. Hal ini sesuai dengan yang disabdakan Rosulullah tercinta yang lebih menyukai sesuatu yang tidak berlebih lebihan karena berlebihan itu adalah pekerjaan setan.
Ketaatan daun merupakan sesuatu pelajaran yang takkan terbeli dimana daun memberikan pelajaran balas budi, ketika belum dewasa seluruh kebutuhan makanan disuplai oleh cadangan makanan yang terdapat pada biji. Namur yang harus kita ketahui bici yang telah habis cadangan makanannya akan hilang, mereduksi, dan mungkin tak akan dikenang lagi, semua itu berjalan begitu harmonis. Tak ada salah satu anggota tumbuhan yang ingin menonjol dan menginginkan untuk tampil dominan, tidak ada rasa terpinggirkan. Karena satu dengan yang lain saling mengisi, saling melengkapi, dan saling berusaha untuk memberikan hal yang terbaik yang dimilikinya.
Subhanallah, Akar, batang, daun, bunga dan buah merupakan koloni (kumpulan) yang harmonis. Perasaan saling memberi dan menerima, tanpa perebutan dan perdebatan dalam pembagian jatah makanan. Andaikan kehidupan dan perasaan saling itu ada pada semua makhluk terkhusus pada manusia maka, kehidupan ini akan begitu indah, tak akan ada simiskin yang mati karena kelaparan, tak akan ada pengemis yang harus mengekspoitasi anak-anaknya yang belum cukup umur untuk menarik perhatian pengguna jalan.
Begitu kerasnya perangai kita, begitu malasnya kita untuk menjadikan diri kita lebih baik, terjadi karena begitu jauh kita meninggalkan Dzat yang maha menguasai hidup dan mati kita, begitu tidak pedulinya kita akan hari akhir yang pasti datang dan tidak ada satu makhluk pun yang mampu sembunyi dari peristiwa itu. Maka dari itu marilah kita sejenak berhenti beraktifitas, Mari kita mencoba merenungi keadaan diri kita sejauh mana kita telah jauh berjalan ingá diri kita telah kotor, dekil oleh banyak debu dosa yang melekat pada diri kita, Namur sadar kah kita kalau hari ini banyak yang melihat kita sebagai wajah yang baik mungkin itu semua karena belas kasihnya saja. Karena Allah menutupi aib-aib kita, Allah masih menyembunyikan kebusukan jira kita, Astaghfirullah,…..…… demikian rendahnya kita sehingga kita sering bangga dengan diri kita padahal semua itu terjadi karena rasa kasihan tuhan kita, buka karena keadaan kita yang memang mulia. Marilah mulai hari ini kita luruskan niat hidup kita, sekedar menggingatkan bahwa telah banyak yang kita dapatkan dari Allah, mengana kita sering mengingkarinya, …….Marilah SADARkan diri kita sebelum nikmat yang kita nikmati tercabut dari diri kita. Wallahu a’lam bishawab.
(Pelajaran Aktifitas Daun menuju Kesadaran Diri)
Oleh : Dwi Wahyono, S.Pd
Maha Benar Allah yang telah menciptakan segala sesuatunya bermanfaat sesuai tataran. Tumbuhan (Plantae) sebagai salah satu makhluk hidup yang diciptakan Allah merupakan refleksi sebuah managemen kehidupan bermasyarakat yang patut kita ambil ibroh (pelajaran)nya.
Daun merupakan organ yang sangat penting dalam proses pemasakan makanan (Fotosíntesis). Pada saat tanaman masih muda, dimana daun belum dapat melakukan tugasnya, tugas memasak makanan dilakukan oleh batang. Namun ketika daun sudah tumbuh membesar atau dewasa, maka daun akan melakukan proses fotosíntesis sendiri sekaligus akan membagikan hasil proses itu ke batang, akar dan seluruh organ tanaman tak terkecuali.
Yang perlu kita ketahui daun tidak pernah memproduksi makanan melebihi kebutuhannya. Bahkan kalau terjadi kelebihan produksinya dan tidak didistribusikan secara optimal, sel-sel pada daun tersebut akan mati, ditandai dengan daun akan berubah warna menjadi kekuningan, lalu layu dan augur dari tangkainya. Sebuah prinsip kesederhanaan, tidak berlebihan dan pemerataan. Hal ini sesuai dengan yang disabdakan Rosulullah tercinta yang lebih menyukai sesuatu yang tidak berlebih lebihan karena berlebihan itu adalah pekerjaan setan.
Ketaatan daun merupakan sesuatu pelajaran yang takkan terbeli dimana daun memberikan pelajaran balas budi, ketika belum dewasa seluruh kebutuhan makanan disuplai oleh cadangan makanan yang terdapat pada biji. Namur yang harus kita ketahui bici yang telah habis cadangan makanannya akan hilang, mereduksi, dan mungkin tak akan dikenang lagi, semua itu berjalan begitu harmonis. Tak ada salah satu anggota tumbuhan yang ingin menonjol dan menginginkan untuk tampil dominan, tidak ada rasa terpinggirkan. Karena satu dengan yang lain saling mengisi, saling melengkapi, dan saling berusaha untuk memberikan hal yang terbaik yang dimilikinya.
Subhanallah, Akar, batang, daun, bunga dan buah merupakan koloni (kumpulan) yang harmonis. Perasaan saling memberi dan menerima, tanpa perebutan dan perdebatan dalam pembagian jatah makanan. Andaikan kehidupan dan perasaan saling itu ada pada semua makhluk terkhusus pada manusia maka, kehidupan ini akan begitu indah, tak akan ada simiskin yang mati karena kelaparan, tak akan ada pengemis yang harus mengekspoitasi anak-anaknya yang belum cukup umur untuk menarik perhatian pengguna jalan.
Begitu kerasnya perangai kita, begitu malasnya kita untuk menjadikan diri kita lebih baik, terjadi karena begitu jauh kita meninggalkan Dzat yang maha menguasai hidup dan mati kita, begitu tidak pedulinya kita akan hari akhir yang pasti datang dan tidak ada satu makhluk pun yang mampu sembunyi dari peristiwa itu. Maka dari itu marilah kita sejenak berhenti beraktifitas, Mari kita mencoba merenungi keadaan diri kita sejauh mana kita telah jauh berjalan ingá diri kita telah kotor, dekil oleh banyak debu dosa yang melekat pada diri kita, Namur sadar kah kita kalau hari ini banyak yang melihat kita sebagai wajah yang baik mungkin itu semua karena belas kasihnya saja. Karena Allah menutupi aib-aib kita, Allah masih menyembunyikan kebusukan jira kita, Astaghfirullah,…..…… demikian rendahnya kita sehingga kita sering bangga dengan diri kita padahal semua itu terjadi karena rasa kasihan tuhan kita, buka karena keadaan kita yang memang mulia. Marilah mulai hari ini kita luruskan niat hidup kita, sekedar menggingatkan bahwa telah banyak yang kita dapatkan dari Allah, mengana kita sering mengingkarinya, …….Marilah SADARkan diri kita sebelum nikmat yang kita nikmati tercabut dari diri kita. Wallahu a’lam bishawab.
Komentar
Posting Komentar